Oleh: Rachmat Reksa Samudra | Staff Divisi Kajian Kanopi FEUI 2012 | Ilmu Ekonomi 2011
Climate Change
(Perubahan Iklim) adalah kondisi di mana iklim bumi berubah secara signifikan
yang menyebabkan distribusi cuaca di bumi berubah dalam kurun waktu dekade
hingga jutaan tahun. Perubahan iklim bisa dipicu karena adanya perubahan
kondisi rata-rata cuaca suatu tempat atau distribusi cuaca di sekitar kondisi
rata-rata cuaca suatu tempat tersebut. Banyak faktor yang dapat memengaruhi
perubahan iklim di bumi, yaitu oceanic
processes (sirkulasi air laut), variasi radiasi sinar matahari yang
diterima bumi, plate tectonics &
volcanic eruptions, dan perbuatan manusia—yang akan membawa kita pada Global Warming.
Global Warming
(Pemanasan Global) adalah suatu fenomena kenaikan temperatur rata-rata
permukaan laut dan atmosfer bumi sejak akhir abad XIX dan terus berlanjut.
Dewasa ini, (America’s Climate Choices, 2011) rata-rata temperatur permukaan
bumi telah naik sejumlah 0.8°C dalam kurun waktu 100 tahun dan kenaikan 0.6°C
dari 0.8°C merupakan hasil kenaikan rata-rata temperatur permukaan bumi selama
3 dekade terakhir. Global Warming
disebabkan oleh adanya greenhouse gases yang
dihasilkan oleh aktivitas umat manusia seperti penenbangan hutan (yang berujung
pada hilangnya paru-paru dunia untuk menyerap greenhouse gases) dan yang paling
signifikan akibat adanya pembakaran bahan bakar fosil. Greenhouse gases terdiri dari uap air, karbondioksida, nitrooksida,
dan ozon. Bukti adanya peningkatan temperature rata-rata bumi adalah adanya
peningkatan tinggi permukaan laut, melelehnya salju dan es di berbagai belahan
dunia (terutama di kutub utara dan selatan serta gunung), dan peningkatan
temperatur rata-rata udara dan air laut (Climate Change: A Summary of the
Science, 2010).
***
Salah
satu tantangan yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan masa kini adalah
tentang mengurangi greenhouse gases, yang merupakan penyebab utama perubahan
iklim. Perubahan iklim ternyata dapat mempengaruhi
Gross Domestic Product (GDP) dari
suatu negara. Setiap kenaikan derajat temperatur dapat menyebabkan pertumbuhan
GDP suatu negara turun (postif tapi berkurang dari tahun sebelumnya), bahkan
negatif.
Fig 1.1 Greenhouse Gases by Country year 2005 (source: Wikipedia) |
Bagaimana
Perubahan Iklim dapat Menyebabkan GDP Gain
dan Loss?
Seperti yang kita ketahui, menurut penjabaran di atas, beberapa
efek dari Global Warming adalah
bertambah tingginya permukaan laut dan adanya anomali cuaca. Anomali cuaca yang
dimaksud di sini adalah adanya perubahan pola cuaca yang biasanya dirasakan
oleh suatu tempat. Anomali cuaca ini bisa berbentuk bertambah panjang atau
pendek jangka waktu dari suatu musim yang biasa dialami di suatu tempat. Misal,
bidang pertanian. Bidang pertanian dapat mengalami kerugian besar apabila ada
anomali cuaca. Dulu, para petani masih bisa memprediksi kapan mereka akan
memasuki musim tanam dan musim panen. Namun, karena cuaca yang tidak menentu,
mereka sekarang kesulitan untuk meprediksi musim tersebut. Selain itu,
produktivitas lahan pertanian juga menurun karena adanya anomali tersebut,
sehingga secara tidak langsung perubahan iklim dapat mengurangi GDP suatu
negara. Dampak di bidang pertanian ini dapat dirasakan di developing countries.
Selain bidang pertanian, pariwisata juga dapat dipengaruhi
oleh perubahan iklim. Pengaruh pengurangan GDP di bidang pariwisata dapat
dirasakan oleh negara-negara yang berada di garis khatulistiwa. Negara-negara
yang berada di khatulistiwa cenderung mempunyai iklim tropis, yang
temperaturnya cukup panas. Dengan adanya Global Warming, temperatur rata-rata
negara tersebut yang tadinya cukup panas menjadi lebih panas dari biasanya.
Bila dikaitkan dengan wisatawan, biasanya wisatawan yang berasal dari belahan
utara atau selatan bumi, cenderung untuk berwisata ke negara-negara yang
memiliki iklim tropis karena temperaturnya cukup hangat. Namun, karena adanya
kenaikan temperatur di negara iklim tropis, wisatawan cenderung untuk tidak
lagi mengunjungi negara tersebut karena merasa kepanasan dan tidak lagi nyaman untuk mengunjungi negara tersebut.
Lain halnya terjadi di negara-negara yang berada di utara atau selatan bumi.
GDP mereka cenderung akan naik di bidang pariwisata. Ini terjadi karena temperatur di negara
mereka bertambah hangat. Salju dan es pun lebih cepat mencair. Fenomena
bertambah hangatnya negara mereka dapat mengakibatkan bertambahnya wisatawan
yang berkunjung ke negara tersebut. Sehingga, pariwisata di negara tersebut berkembang dan penghasilan GDP
bidang pariwisatan meningkat. Intinya, dalam bidang pariwisata, terjadi
perpindahan peta wisatawan dunia, yang tadinya mereka cenderung untuk
berkunjung ke negara iklim tropis berubah menjadi cenderung berkunjung ke
negara beriklim subtropis—dingin.
Fig 1.2 Perkiraan Direct Impact GDP Gain dan Loss Sektor-sektor yang Terkena Pengaruh Perubahan Iklim di Beberapa Benua di Dunia di Tahun 2050 |
Fig 1.2 Perkiraan Direct
Impact GDP Gain dan Loss Sektor-sektor
yang Terkena Pengaruh Perubahan Iklim di Beberapa Benua di Dunia di Tahun 2050
Memperkirakan Dampak
Perubahan Iklim terhadap GDP Indonesia
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terletak di antara 6° LU--11° LS dan 95°
BT--141° BT. Posisi astronomis Indonesia inilah yang menyebabkan Indonesia
berada di kawasan khatulistiwa dan mempunyai iklim tropis. Seperti yang telah
dijabarkan di atas, ada kecenderungan terjadi GDP loss untuk negara yang berada di kawasan khatulistiwa.
Terdapat
dua bidang utama yang dapat dipengaruhi secara langsung oleh perubahan iklim,
yaitu pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan), pariwisata
(perdagangan, hotel, dan restoran). Berikut adalah data kontribusi tiap
lapangan usaha terhadap GDP Indonesia tahun 2009:
(dalam
milyar rupiah)
Lapangan Usaha
|
GDP Tahun 2009
|
Persentase (%)
|
Pertanian,
Peternakan, Kehutanan, Perikanan
|
857.196,8
|
15,29
|
Pertambangan
dan Penggalian
|
592.060,9
|
10,56
|
Industri
Pengolahan
|
1.477.541,5
|
26,35
|
Listrik,
Gas, Air Bersih
|
46.860,0
|
0,83
|
Konstruksi
|
555.192,5
|
9.9
|
Perdangangan,
Hotel, Restoran
|
744.513,5
|
13,28
|
Pengangkutan
& Komunikasi
|
353.739,7
|
6,31
|
Keuangan,
Real Estate, & Jasa Perusahaan
|
405.162,0
|
7,23
|
Jasa-jasa
|
574.116,5
|
10,25
|
Total GDP Indonesia Tahun 2009
|
5.606.203,4
|
100
|
Sumber:
Badan Pusat Statistik
Tabel 1.1 GDP Indonesia
tahun 2009
Pertanian,
peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai kontribusi terhadap GDP
Indonesia tahun 2009 sebesar 15,29% dan perdagangan, hotelm dan restoran
mempunyai kontribusi sebesar 13,28%. Bila dijumlah, kontribusi kedua lapangan
usaha tersebut sebesar 28,57%. Dari data di atas dapat digambarkan bahwa
kontribusi kedua bidang tersebut bisa dikategorikan menengah, karena menguasai
seperempat dari total GDP Indonesia.
Selain
dua bidang di atas, banjir—yang merupakan efek dari Global Warming—dapat
menghambat aktivitas produksi dan distribusi masyarakat dapat terhambat.
Apabila digambarkan oleh tabel di atas, industri pengolahan dan komunikasi
& pengangkutan dapat terkena dampak dari banjir. Kedua lapangan usaha
tersebut memberikan kontribusi sebesar 26,35% dan 6,31%. Apabila dijumlah, maka
kontribusi mereka terhadap GDP Indonesia tahun 2009 sebesar 32,66%.
Bila
kita lihat data di atas, mencerminkan bahwa sector-sektor yang terpengaruh oleh
adanya perubahan iklim merupakan sector-sektor yang cukup krusial karena
mempunyai sumbangsih yang cukup besar terhadap GDP Indonesia, sehingga apabila
sector-sektor tersebut benar-benar terkena imbas dari perubahan iklim, maka GDP
Indonesia akan mengalami loss secara
agregat.
***
No comments:
Post a Comment