22.5.12

[Kajian Post] Not-That Advance

Oleh: Rachmat Reksa Samudra | Staff Kajian Kanopi FEUI 2012 | Ilmu Ekonomi 2011


Sekitar dua abad terakhir, teknologi terus dan terus berkembang untuk membantu kegiatan umat manusia agar pekerjaan manusia dapat dilakukan dengan lebih mudah tiap harinya. Dengan adanya teknologi, pekerjaan manusia dapat dilakukan secara efektif dan efisien, sehingga, dalam proses produksi, selalu terjadi economies of scale. Teknologi di dunia semakin berkembang sekarang ini pada awalnya dipicu oleh adanya Revolusi Industri di Inggris tahun 1800-an, ketika James Watt menciptakan mesin uap pertama di dunia yang berbahan bakar batu bara.

Akhir-akhir ini, teknologi yang ada semakin canggih dan sangat mempermudah manusia dalam melakukan pekerjaannya. Namun, apakah itu selamanya baik? Menurut penulis, setiap hal di dunia ini mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Teknologi mempunyai kelebihan dapat mengerjakan suatu pekerjaan lebih efektif dan efisien disbanding dengan manusia. Teknologi telah membawa kita ke dunia baru, di mana kita selalu dimanjakan olehnya, dan, bahkan, kita cenderung mulai mempunyai rasa ketergantungan terhadap teknologi.

Namun, di satu sisi, teknologi juga sepertinya akan membawa bencana yang cukup masif di masa depan, apabila kita menghubungkannya dengan jumlah penduduk dunia yang terus bertambah setiap harinya. Saat ini, di tahun 2012, jumlah penduduk dunia sudah mencapai tujuh milyar orang, meningkat 2—3 kali lipat dibandingkan dengan jumlah penduduk dunia tahun 1800-an.

Bila kita kembali lagi ke statement awal, di mana dengan adanya teknologi, perusahaan akan selalu berproduksi berproduksi secara efektif dan efisien, economies of scale, itu memang tidak salah. Namun, yang ingin penulis tekankan dalam tulisan ini adalah tidak selamanya efektif dan efisien itu mempunyai implikasi yang baik terhadap manusia. 



Bagaimana bisa? Mari kita lihat fenomena teknologi di sekeliling kita sehari-hari. Teknologi yang semakin canggih membuat suatu industri secara umum akan mengurangi permintaannya terhadap tenaga kerja—walaupun dengan adanya teknologi juga dapat menambah permintaan terhadap tenaga kerja dalam beberapa kasus—dan meningkatkan permintaannya terhadap alat teknologi yang lebih canggih karena dapat berproduksi lebih efektif dan efisien dibandingkan manusia. Padahal, seperti yang digambarkan di atas, perkiraan PBB tahun 2050, penduduk dunia akan mencapai sepuluh milyar orang. Ini dapat berarti, dengan adanya technology advancement, ceteris paribus, dapat menambah pengangguran di seluruh dunia. Natural unemployment negara-negara di dunia akan semakin meningkat dan keberadaan manusia sebagai tenaga kerja semakin tidak dibutuhkan.

Mungkin, untuk sekarang ini, dampak dari adanya technology advancement belum terlalu dirasakan oleh masyarakat bumi. Namun, di tahun-tahun mendatang, terutama di developing countries, hal ini akan sangat berdampak pada mereka. Ketika orang-orang di negara tersebut mulai tergusur dengan adanya teknologi dan di sisi lain orang-orang tersebut tidak mendapat pelatihan untuk memperoleh skill lain agar bisa terus bekerja dan mendapatkan uang.

Ada dua hal yang menurut penulis bisa dilakukan untuk menekan jumlah pengangguran di dunia. Yang pertama adalah mengontrol populasi manusia di dunia (bila di Indonesia melalui slogan “Dua Anak Lebih Baik” yang dicetuskan oleh BKKBN) dan yang kedua adalah memberikan masyarakat pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas mereka agar dapat bersaing dengan teknologi yang terus berkembang tiap harinya.

No comments:

Post a Comment