8.10.12

[Kajian Post] Menaikkan Harga BBM, Menanggulangi Trade Deficit


Oleh: Jaysa Rafi Prana | Trainee Divisi Kajian Kanopi 2012 | Ilmu Ekonomi 2012


Membaca surat kabar beberapa hari dan bulan kebelakangan ini menumbuhkan rasa bangga saya akan Indonesia. Bagaimana tidak, disamping berbagai krisis parah yang menimpa dunia pada saat ini mulai dari krisis Eropa, Amerika Serikat, dan perlambatan pertumbuhan ekonomi di Cina dan India, Indonesia tetap menunjukan tajinya dengan keadaan ekonomi makro yang ciamik dan dapat dikatakan tidak goyah menghadapi krisis - krisis yang ada pada saat ini. Indonesia, tahun 2012, diharapkan akan mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen dan tingkat inflasi yang rendah, yaitu sekitar 4,5 persen ditambah kurang satu persen. Selain itu, cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada saat ini juga bias di bilang baik. Berdasarkan kuliah umum yang diberikan oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementrian Keuangan, Prof. Bambang Brodjonegoro, Ph.D, Indonesia memiliki cadangan devisa sekitar 113 miliar dolar AS yang dapat membiayai bangsa Indonesia untuk melakukan impor dan membayar kewajiban pokok selama 7 bulan kedepan. Cukupnya cadangan devisa yang di miliki oleh bangsa Indonesia sekarang ini telah berakibat baik pada stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang akhir akhir ini berkisar antara Rp.9.500,00 - Rp.9.600,00 per dollar AS. Akan tetapi, ada satu hal yang juga menjadi sorotan akhir akhir ini dan dapat berakibat buruk pada perekonomian Indonesia kedepannya apabila tidak ditanggulangi dengan baik dan cepat dalam beberapa waktu kedepan, hal tersebut adalah trade deficit, yaitu keadaan dimana nilai ekspor Indonesia lebih kecil daripada nilai impor yang akhirnya berakibat pada terpakainya cadangan devisa untuk menutupi trade deficit.

EXPORTS – IMPORTS

Description
Aug 2012
Jan-Aug 2012
Billion US$
%
MoM
Billion US$
%
YoY
Export
14,12
12,27
http://www.kemendag.go.id/images/downarrow.gif
127,17
5,58
http://www.kemendag.go.id/images/downarrow.gif
Oil & Gas
2,85
2,30
http://www.kemendag.go.id/images/downarrow.gif
25,94
5,58
http://www.kemendag.go.id/images/downarrow.gif
Non Oil& Gas
11,26
14,49
http://www.kemendag.go.id/images/downarrow.gif
101,23
5,58
http://www.kemendag.go.id/images/downarrow.gif
Import
13,87
15,21
http://www.kemendag.go.id/images/downarrow.gif
126,67
10,28
http://www.kemendag.go.id/images/uparrow.gif
Oil & Gas
3,31
19,97
http://www.kemendag.go.id/images/uparrow.gif
27,51
2,46
http://www.kemendag.go.id/images/uparrow.gif
Non Oil& Gas
10,56
22,35
http://www.kemendag.go.id/images/downarrow.gif
99,16
12,66
http://www.kemendag.go.id/images/uparrow.gif








Aug 2012 Surplus US$0.25 Billion &
Jan-Aug 2012 Surplus US$0.5 Billion
Source : BPS, processed By PusdatinPerdagangan



Meskipun untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir Indonesia mencatatkan catatan surplus pada neraca perdagangan, bias dilihat dari data dibawah neraca perdagangan pada sector minyak dan gas masih mengalami defisit, nilai selisih antara ekspor dan impor minyak masih mengalami deficit sebesar 0,46 miliar dollar AS per agustus 2012 dan secara komulatif sejak awal tahun 2012 s.d.Agustus 2012 mengalami deficit sebesar 1,57 miliar dollar AS.


Surplus neraca perdagangan yang diraih pada bulan agustus merupakan kabar yang sangat menggembirakan mengingat sejak bulan april hingga juli Indonesia mengalami trade deficit sebesar kurang lebih 1,5 miliar dollar AS seperti yang dilansir oleh The Jakarta Globe edisi 3 September 2012. Salah satu faktor yang menyebabkan deficit neraca perdagangan adalah impor BBM yang besar mengingat meningkatnya konsumsi domestic karena murahnya harga BBM sebagai akibat subsidi yang diberikan pemerintah.

Berdasarkan data yang saya peroleh dari harian Kompas pada tanggal 4 Oktober 2012, pemerintah sekarang terbebani oleh beban subsidi BBM sekitar 230 triliun, yang mengambil sebesar 24% dari APBN Negara tahun 2012. Konsumsi BBM juga diprediksi akan terus naik ketingkat 46 juta kilo liter dan akan membebani negara lebih lagi. Kondisi ini akan memperburuk keadaan neraca perdagangan Indonesia dimana dana yang seharusnya bias dialokasikan untuk hal lain yang lebih penting seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan tersedot hanya pada subsidi BBM. 

Saya secara pribadi tidak mengerti mengapa pemerintah tidak berani menaikkan harga BBM. Dengan menaikkan harga BBM, beban pemerintah dapat berkurang secara sangat signifikan. Mari kita berandai - andai, jika saja pemerintah berani menaikkan harga BBM ke level Rp.6.000,00 satu liternya untuk premium dan solar, pemerintah dapat menghemat beban subsidi BBM sebesar 69 triliun rupiah dengan asumsi konsumsi BBM sebesar 46 juta kilo liter. Bayangkan pembangunan yang dapat dihasilkan dengan alokasi dana sebesar 69 triliun, pastinya sangat baik bukan? Terlebih lagi, seperti yang dilansir di harian Kompas pada tanggal 4 oktober 2012, Ketua Kadin, Suryo Bambang Sulisto, mengungkapkan kesetujuannya akan kenaikkan harga BBM yang dinilai sudah sangat membebani pemerintah dan dananya dapat dialokasikan pada sector sector penting lainnya seperti infrastruktur yang akan mendukung produksi dalam negeri dan meningkatkan ekspor. Oleh karena itu, saya berpandangan bahwa pemerintah harus menaikkan harga BBM dalam rangka memperbaiki neraca perdagangan Indonesia dan mengalokasikan dananya pada sector lain yang dapat meningkatkan kegiatan produksi ekspor.

1 comment:

  1. bagaimana dengan inflasi yang terjadi jika dilakukannya kenaikan bbm ? saya rasa kebijakan yang tepat adalah dengan menaikkan harga secara bertahap misal Rp 300,- per triwulan sehingga dampak kejutan ekonomi tidak terlalu besar

    ReplyDelete