5.11.12

[Kajian Post] To Love or Not To Love


Rachmat Reksa Samudra | Staf Divisi Kajian Kanopi FEUI 2012 | Ilmu Ekonomi 2011


Saat memasuki bangku kuliah, kebanyakan orang - orang mulai berpikir untuk mencari jodoh, bukan pacar. Banyak yang menganggap hubungan yang dibangun di bangku kuliah merupakan bersifat long-term dan sudah mulai ada tanggung jawab untuk melanggengkan hubungan. Namun, ada juga yang tidak terlalu memikirkan hal - hal seperti itu, karena mereka yakin kalau jodoh sesungguhnya ada di tangan Tuhan dan nantinya jodoh itu akan datang sendiri.

Saya mempunyai opini sendiri mengenai hal ini. Menurut saya, kita tidak bisa tinggal diam hanya menunggu ‘’pertolongan dari Tuhan’’ untuk mendapatkan jodoh. Kita juga harus aktif mencari keberadaan jodoh kita. Saya ingin memberi sedikit gambaran mengenai situasi supply - demand dalam mencari pasangan /pacar/jodoh di kehidupan sehari-hari. Saya menggambarkan situasi ini dalam Market of Who Needs Whom.


Market of Who Needs Whow
Sadar atau tidak sadar, laki-laki maupun perempuan sudah punya tipikal market yang berbeda sejak memasuki suatu lingkungan yang baru ;saya mengambil lingkungan perkuliahan sebagai contoh. Pertama-tama, mari kita lihat dahulu dari sisi perempuan.
Dalam fig 1.1, saya mencoba mengilustrasikan market span dari perempuan dengan garis vertical merupakan public interest—peminatan akan perempuan untuk dijadikan sebagai pasangan—dan di garis horizontal sebagai tahun perempuan tersebut tinggal di suatu lingkungan sehari - harinya—kampus. Sadar atau sadar, bagi mereka yang sudah lebih masuk dahulu sebagai mahasiswa di suatu kampus,  suka memandang mahasiswa baru sebagai objek untuk mencari pasangan, terutama mahasiswa laki - laki senior yang masih jomblo mencari mahasiswa baru perempuan. Dapat dilihat dalam Fig 1.1, puncak permintaan dan peminatan perempuan untuk dijadikan sebagai pasangan ketika dia baru saja masuk kelingkungan yang baru—sebagai mahasiswi baru. Banyak anggapan bahwa  situa mendeketai simuda mempunyai chance yang cukup tinggi diterima sebagai pasangannya. Asumsi inilah yang menyebabkan Market Span of Girl Curve mempunyai downward sloping. Sebaliknya, ketika si perempuan sudah memasuki tingkat atas, ada kecendurangan keberadaan mereka tidak begitu lagi diminati oleh laki - laki untuk dijadikan pasangan yang bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah mungkin karena perempuan tersebut terlalu sulit diraih, mempunyai standar yang tinggi, atau memang mempunyai prinsip yang teguh untuk tidak membangun sebuah hubungan.



Lalu bagaimana mahasiswa laki - laki ? Kita dapat mengilustrasikannya dengan Fig 1.2, yaitu Market Span of Boy. Cukup unik mengetahui bahwa public interest—mahasiswi perempuan—terhadap mahasiswa laki-laki mempunyai suatu culmination point. Awalnya, public interest terhadap laki-laki increasing returns sampai dengan titik tertentu, yaitu tB, lalu mengalami diminishing returns setelah melewati titik tB. Hal ini terjadi karena ketika mahasiswa laki-laki baru memasuki lingkungan yang baru, mereka masih belum mempunyai bargaining power yang tinggi untuk dapat memikat perempuan, dan market supply mereka hanya terbatas hanya dalam satu angkatan saja. Namun seiring berjalannya waktu (yang ditandai oleh Phase), mahasiswa laki-laki mempunyai lebih banyak bargaining power, sehingga market span dan public interest terhadap laki-laki tersebut terus naik. Laki-laki dapat dengan mudah tebar pesona terhadap mahasiswi baru dan ini yang menyebabkan kurvanya mempunyai upward sloping.

Lalu, kapan mengalami downward sloping? Jawabannya: ketika mahasiswa tersebut mendekati tingkat akhir kuliah. Saat tersebut adalah saat-saat di mana si laki-laki sudah tidak terlalu memikirkan market diri sendiri dan lebih fokus terhadap tugas akhir dan skripsinya. Namun hal yang buruk terjadi apabila si laki-laki ini tidak berhasil menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Bargaining power di hadapan perempuan sudah menurun. Itulah yang menjelaskan mengapa kurva market span of boy bersifat initially increasing returns lalu eventually diminishing returns.

Lalu pertanyaan besar muncul di benak kita semua:
When is the right time find our mate?
Mari kita jawab dalam benak masing-masing, decide whether we are to love or not to love.J

#loveconomics serial

No comments:

Post a Comment