22.6.10

Perspektif Ekonomi dalam Memilih Jodoh


Oleh Benedictus Agung Swandono - Ilmu Ekonomi 2007
“Lama-lamalah di kampus agar pacarmu cantik dan baik.”
“Dunia serasa punya berdua, yang lain kontrak!”. Mungkin itulah gambaran bagaimana berbunganya hati seseorang bila sedang bersama orang yang dicintai. Perasaan yang katanya tak terbayarkan dan tidak bisa dijelaskan dengan logis. Tapi percayalah, ekonomi bisa menjadikan fenomena emosional ini sangat logis.
Coba tanyakan pada teman laki-laki anda, mengapa ia tertarik pada satu wanita. Jawabannya bisa beragam. Ada yang berpikir karena wanita pilihannya cantik, manis, lucu, baik, pengertian, sabar, dan jutaan alasan lain yang membuatnya tertarik pada wanita idamannya. Meski terlihat abstrak, ternyata ada benang merah yang bisa ditarik dari keputusannya untuk tertarik pada wanita pilihannya, dan bahkan sebuah teori untuk menjelaskannya.
Teori ini mencoba menjelaskan bagaimana pengambilan keputusan pria untuk tertarik pada seorang wanita dengan dua pertimbangan yang sangat umum: seberapa baik dan seberapa cantik seorang wanita[1].
grafik1

Grafik diatas menjelaskan indifferent curve yang dihadapi seorang pria dalam memilih wanita. Semakin bergeser kekiri, utilitasnya semakin tinggi, semakin kekanan utilitasnya semakin rendah. Kurva R.A.S[2] menjelaskan trade off antara tingkat kecantikan dan kebaikan wanita yang dihadapi oleh seorang pria. Mengapa trade off? Tidak perlu lagi kita membahas wanita yang sangat cantik dan sangat baik, karena sudah pasti sangat diinginkan, dan wanita yang kurang cantik dan kurang baik, karena sudah pasti sangat tidak diinginkan. Karena teori ini mencoba melihat kecenderungan seorang pria dalam menentukan pilihannya diantara wanita yang cantik dan baik, maka ada pilihan yang harus dibuat.
Di sebelah kanan bawah adalah reject area dan sebelah kiri atas adalah accept area. Wilayah ini dibagi berdasarkan asumsi bahwa seorang pria cenderung memilih wanita yang lebih cantik dan lebih baik, dan menolak wanita yang kurang cantik dan kurang baik.
Reject area dan accept area menunjukkan keputusan apakah seorang pria tertarik pada seorang wanita. Bila di dalam reject area bisa dikatakan ia tidak memilih wanita tersebut. Namun, jika ia berada dalam accept area, dapat dikatakan pria tersebut tertarik pada seorang wanita.
Pada kurva R.A.S dimisalkan ada 3 wanita, A,B dan C yang dijadikan opsi oleh seorang pemilih. Diperlihatkan bahwa tingkat kebaikan A dan B sama, namun yang membedakan adalah tingkat kecantikannya. B lebih menjadi pilihan dibandingkan dengan A karena B lebih cantik. Demikian juga dengan A dan C yang sama cantiknya, C lebih menjadi pilihan karena tingkat kebaikannya baik dibandingkan dengan A.

Preferensi Pemilih

Kita akan membandingkan dua orang pria dengan preferensi yang berbeda. Ariel adalah seorang pria yang mengaggap kecantikan lebih penting daripada sifat baik seorang wanita, sementara Giring adalah seorang pria yang menggap sifat baik lebih penting daripada kecantikan.
Apa yang membedakan Ariel dan Giring?
Untuk mengorbankan tingkat kecantikan sebesar 1 satuan, dibutuhkan kompensasi tingkat kebaikan yang lebih besar dibandingkan dibandingkan dengan Giring
grafik 2
Seperti digambarkan kurva diatas, untuk bisa menerima orang dengan tingkat kecantikan seperti yang dimiliki Tessy, Ariel membutuhkan tingkat kebaikan yang lebih tinggi. Meskipun Giring merasa tingkat kebaikan Tessy sudah cukup , Ariel merasa kompensasi dari ke-kurang cantikan Tessy seharusnya lebih tinggi, sehingga ia tidak punya alasan untuk tertarik pada Tessy.
Sebaliknya dengan Giring, untuk mengorbankan tingkat kebaikan sebesar 1 satuan, dibutuhkan kompensasi tingkat kecantikan yang lebih besar dibandingkan dibandingkan dengan Ariel.
grafik 3
Seperti digambarkan kurva diatas, untuk bisa menerima orang dengan tingkat kebaikan seperti yang dimiliki Luna, Giring membutuhkan tingkat kecantikan yang lebih tinggi dari Ariel. Meskipun Ariel merasa tingkat kecantikan Luna sudah cukup, Giring merasa kompensasi dari ke-kurang baikan Luna seharusnya lebih tinggi, sehingga ia tidak punya alasan untuk tertarik pada Luna.
Perbedaan preferensi cukup masuk akal, bahwa setiap orang mempunyai selera dan prioritas yang berbeda-beda sehingga memengaruhi keputusannya untuk tertarik pada seseorang.
Dalam kurva tersebut, digambarkan bagaimana kemiringan kurva bisa menjelaskan preferensi seseorang. Orang yang mengaggap tingkat kecantikan lebih penting akan mempunyai kurva yang lebih datar, seperti Ariel. Sementara orang yang menganggap kebaikan lebih penting akan mempunya kemiringan kurva lebih tegak, seperti Giring.

Memasukkan Faktor Kuantitas

Setelah kita melihat bagaimana preferensi memengaruhi keputusan, analisis kita akan jauh lebih menarik apabila kita melihat kurva preferensi Ariel dan Giring terhadap 2 wanita: Tessy dan Luna
grafik 4
Seperti digambarkan dalam grafik diatas, Ariel dan Giring punya preferensi yang sama, ditunjukkan dengan kemiringan yang sama. Asumsinya adalah preferensi mereka selalu mencari yang terbaik yang mungkin didapatkan sehingga mereka berdua sama-sama menginginkan Luna, karena lebih cantik dan baik dibandingkan dengan Tessy.
Namun cinta Giring bertepuk sebelah tangan karena Luna lebih memilih Ariel[3], sehingga menjadi lebih baik bagi Giring untuk memilih Tessy daripada tidak sama sekali.
Cerita menjadi berbeda apabila kita memasukkan Tari kedalam skema.Tari ternyata juga lebih baik dan cantik dibandingkan Tessy, namun tidak lebih cantik dan baik dibandingkan Luna. Keberadaan Tari memberikan Giring pilihan baru yang lebih baik sehingga Giring berpaling pada Tari.
grafik permintaan & penawaran wanita
Dengan demikian kita bisa membuat kurva Permintaan dan Penawaran Wanita
Kurva ini berbeda dengan kurva R.A.S. Sumbu vertika menjelaskan kualitas relatif serta horizontal menujukkan kuantitas dimana Kualitas Relatif[4] = tingkat kebaikan relatif + tingkat kecantikan relatif
Kurva permintaan (D) berbentuk upward sloping karena asumsi yang sudah disebutkan, bahwa pria selalu menginginkan wanita yang terbaik, sehingga semakin berkualitas seorang wanita, semakin banyak permintaanya. Kurva tersebut juga membentuk sudut 45 derajat karena setiap penurunan 1 unit kualitas relatif akan disertai dengan penurunan 1 unit kuantitas, yaitu pria yang berhasil mendapatkan wanita dengan kualitas yang satu unit lebih tinggi. Sementara kurva penawaran (S) berbentuk tegak, karena jumlah penawaran wanita tidak dipengaruhi oleh kualitasnya karena jumlahnya selalu tetap. Titik keseimbangan menujukkan kualitas relatif rata-rata wanita dalam suatu populasi.
Misal terjadi penambahan populasi wanita dalam populasi tersebut. Maka kurva S akan bergeser ke kanan menjadi S’ sehingga terbentuk titik keseimbangan baru dimana rata-rata kualitas relatif meningkat dari RQ1 ke RQ2.
Kasus ini bisa dijelaskan secara lebih mudah dengan contoh. Misalkan mahasiswa angkatan baru 2010 FEUI lebih banyak wanita daripada pria, sehingga pertambahan jumlah wanita relatif lebih banyak daripada pria. Fenomena ini menggeser kurva S ke kanan dan membuat rata-rata kualitas wanita yang mendapat pasangan meningkat daripada sebelumnya.
Semua analisa ini dapat diputar balik menjadi wanita yang memilih pria, hanya saja agar lebih lazim, tingkat kecantikan bisa diubah menjadi tingkat ketampanan.

Apa yang Dapat Disimpulkan dari Teori Ini?

Melihat kenyataan yang terjadi di FEUI bahwa mahasiswa umumnya mencari pasangan (mahasiswi) yang sama atau lebih muda umurnya, seiring bertambahnya waktu, mahasiswa akan lebih beruntung karena kurva penawaran yang dihadapinya semakin bergeser ke kanan setiap tahunnya sehingga rata-rata kualitas relatifnya akan lebih tinggi. Dengan kata lain, semakin tua seorang mahasiswa di kampus, semakin tinggi peluangnya mendapatkan pasangan yang lebih cantik dan baik.
Seperti yang sudah dikatakan, teori ini dapat begitu saja dibalik menjadi wanita yang memilih pria, namun menghasilkan kesimpulan yang berbeda . Mengingat asumsi bahwa wanita mencari pasangan pria lebih tua atau paling tidak sama tuanya, kurva penawaran pria yang dihadapi mahasiswi FEUI akan berada di kanan, namun semakin bergeser ke kiri setiap tahunnya karena mahasiswa yang lulus semakin banyak, sementara mahasiswa baru tidak dapat dimasukkan kedalam penawaran karena lebih muda. Dengan kata lain, semakin muda seorang mahasiswi di kampus, semakin tinggi peluangnya untuk mendapatkan pasangan yang lebih tampan dan baik.


END NOTE:

[1] Tiga asumsi penting dalam teori ini adalah bahwa penilaian dan preferensi seorang pria konsisten secara individual. Kedua, pria menilai wanita berdasarkan 2 hal: kecantikan dan kebaikan. Ketiga, pria mempunya satu konsensus terhadap tingkat kecantikan dan kebaikan seorang wanita. Teori ini dapat juga digunakan sebaliknya, untuk kasus pemilihan pria oleh wanita, selama asumsi tetap dipertahankan.
[2] Digagas oleh Ronald Sebastian (Purdue University), Benedictus Agung, dan Putera Satria (FEUI)
[3] Luna diasumsikan juga mempunyai suatu preferensi terhadap pasangannya, dan karena mengingat asumsi awal bahwa hanya ada satu pria untuk satu wanita, maka Luna harus membuat pilihan yang menurutnya terbaik, yang dalam kasus ini jatuh pada Ariel.
[4] Kualitas relatif berarti kualitas seorang dibandingkan dengan lainnya. Karena manusia tidak ada yang sama satu sama lain, pasti ada yang lebih baik atau lebih buruk dibandingkan dengan lainnya, maka ada satu unit kualitas relatif untuk setiap orang. 

 





9 comments:

  1. Anonymous22/6/10 14:28

    Luar biasaaa.. Menarik sekali Pak Sekum Kanopi.. Kolaborasi yg luar biasa antara Mas Ronald, Agung, dengan Satria..

    ReplyDelete
  2. Anonymous22/6/10 17:33

    anonim mengatakan,

    maaf sebelumnya
    sangat meragukan tampaknya jika seorang wanita mencari pasangan lebih tua atau sebaliknya, kenyataaan dilapangan banyak yang tidak berubah dan sesuai. validitas dari asumsi tidak bisa diperlihatkan secara objektif, kecuali dapat memberikan data dengan baik. jangan mentang2 banyak teori yang digunakan kemudian kita semua setuju tentang apa yang dikemukakan

    wallahu a'lam

    ReplyDelete
  3. akam disni..

    trimakasih atas kritiknya.
    begini.
    saya punya teori: dengan asumsi jalanan lancar, saya akan sampai di kampus dalam 20 menit. Tapi kemudian jalanan macet dan saya belum sampai di kampus dalam 20 menit.
    Teori saya salah? tidak. Karena asumsinya tidak bertahan.
    Tapi kalau jalanan lancar dan saya tidak juga sampai dalam 20 menit, artinya teori saya salah.

    asumsi membantu kita untuk melihat kecenderungan bukan? kalau tidak ada asumsi, saya tidak akan bisa bilang berapa menit saya akan sampai di kampus, karena kondisinya bebeda2. Kalau pakai asumsi jalanan lancar,ada info yang bisa didapat, yaitu saya akan sampai disana dalam 20 menit. kalau tidak juga sampai, barulah teori itu salah.

    Memang tidak pernah ada teori yang benar , yang ada hanyalah teori yang belum pernah salah.

    ReplyDelete
  4. Anonymous22/6/10 22:08

    hahaha, ngakak gw bacanya. ( tapi lebih ke nama tokohnya sih)bagus bos

    yah mikro gwe dapet cuma B- makro gwe ngulang.

    tapi saya sih sebagai wanita ( diasumsikan disini cantik dan baik) mau menambahkan, saya mana mau sama kakak kelas tahun ahkir jebot yang gak lulus - lulus. (ditambah asumsi lagi apa kam, wanitanya pasrah2 aja kalo disukain)

    tapi teorinya bagusan ini sih dibanding supply demandnya kak satria hahaa. no offense man!

    ps: please dont call me stupid if you read this... (to whoam it may concern) hihihi

    ReplyDelete
  5. Anonymous23/6/10 00:01

    wow....very inspiring...tag in gw di facebook donk

    ReplyDelete
  6. Anonymous23/6/10 00:53

    like this kam! gimana kalo dipatenkan aja teori itu?

    ReplyDelete
  7. ada baiknya lo ngelamar ke transTV, ke acara invotainment insert..

    ReplyDelete
  8. Anonymous10/8/10 03:43

    keren...
    dengan alat yang sederhana.. menghasilkan topik yang luar biasa.. gw tunggu skripsi lo ya kam..hehehe

    ReplyDelete
  9. Anonymous26/4/16 09:01

    ya ampun akammmmmm.....

    ReplyDelete