9.3.12

[Kajian Post] Konversi Bahan Bakar Minyak ke Bahan Bakar Gas


Oleh: Rachmat Reksa Samudra | Staff Divisi Kajian Kanopi 2012 | Ilmu Ekonomi 2011

Dewasa ini, beredar berita bahwa pemerintah akan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, yaitu premium,  dari Rp4.500,00 menjadi Rp6.000,00. Kenaikan Rp1.500,00 ini banyak menimbulkan pro-kontra dalam masyarakat. Ada beberapa pihak yang tidak menyetujui kenaikan BBM bersubsidi ini dengan alasan bahwa kebijakan ini sama sekali tidak pro-rakyat dan berkontribusi atas bertambahnya jumlah orang miskin di Indonesia.

Namun, banyak pihak juga yang mengaminkan kebijakan pemerintah yang rencananya akan disahkan pada 1 April 2012. Mereka yang menyetujui kebijakan ini beralasan bahwa sesungguhnya dana subsidi BBM yang katanya tidak tepat sasaran ini lebih baik dialihfungsikan menjadi dana-dana subsidi di bidang yang lain. Selain itu, pengurangan subsidi BBM juga dapat menguruskan APBN.

Namun, seperti yang kita ketahui, minyak merupakan nonrenewable energy resource yang jumlahnya di dunia ini semakin langka dan sedikit. Belum lagi harga minyak di pasar internasional, seperti minyak Brent dan Nymex, yang menembus angka USD 120 per barrel, dan juga pengaruh geopolitik negara-negara penghasil minya di Timur Tengah yang sedang memanas, sehingga membuat harga minyak semakin melambung tinggi.

Ada baiknya, pemerintah Indonesia dalam jangka panjang mencoba untuk mengonversi BBM ke BBG (Bahan Bakar Gas). Hal ini harus dilakukan karena minyak yang semakin hari semakin langka dan mahal, juga karena ternyata harga BBG tidak bersubsidi jauh lebih murah daripada harga BBM bersubsidi. Harga BBG tidak bersubsisi dibanderol oleh Pertamina dengan harga sekitar Rp3.100,00 per liter—jauh lebih murah daripada BBM bersubsidi. BBG juga terbukti lebih ramah lingkungan daripada BBM, sehingga, dengan penggunaan BBG, dapat meminimalisasikan efek rumah kaca.

Selain itu, Indonesia juga merupakan salah satu negara penghasil gas alam terbanyak di dunia, sehingga memiliki cadangan gas alam yang banyak. Indonesia masih tercatat sebagai salah satu negara penghasil gas alam yang diakui dunia. Menurut data Departemen ESDM, pada 2008 total cadangan gas alam Indonesia tercatat mencapai 170,07 TCF (triliun kaki kubik). Dari jumlah tersebut, sebanyak 112,47 TCF merupakan gas alam terbuktikan, sementara 67,60 TCF sisanya belum terbuktikan alias potensial.

Jika volume produksi gas alam Indonesia konstan di angka 2,77 TCF per tahun, stok gas alam diprediksikan baru akan habis 68 tahun mendatang. Dengan begitu, tantangan terbesar pemerintah dalam pengembangan gas alam ke depan ialah bagaimana meningkatkan eksplorasi di sumur-sumur potensial dan menemukan sumur-sumur alternatif.

Dalam jangka panjang, pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk mewujudkan wacana konversi BBM ke BBG ini. Dimulai dari mensosialisasikan wacana ini—yang mudah-mudahan menjadi kebijakan ke depannya—kepada masyarakat luas, memberikan insentif atau subsidi yang bersifat short-term kepada masyarakat dalam hal pembelian dan pemasangan converter kit di kendaraan mereka, hingga mencangkan gerakan konsumsi BBG nasional sebesar lebih dari 50% total konsumsi energi Indonesia.

Namun, perjalanan program konversi BBM ke BBG ini harus diawasi secara ketat oleh pihak-pihak yang terkait, seperti Perusahaan Gas Negara (PGN), Pertamina, dan BPH Migas, agar program konversi ini dapat berjalan secara baik, benar, efektif, efisien, dan tepat sasaran, sehingga masyarakat luas dapat merasakan dampak konversi ini secara signifikan.



Referensi:
  • http://www.venocoinc.com/community/learning/primarypetrol.pdf  diakses pada 16 Februari 2012 @ 19.15 WIB
  • http://www.alternativeenergysecret.com/fossil-fuels.html  diakses pada 16 Februari 2012 @ 19.20 WIB
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Gas_alam_terkompresi  diakses pada 16 Februari 2012 @ 19.36 WIB
  • http://www.buzzle.com/articles/advantages-and-disadvantages-of-natural-gas.html diakses pada 16 Februari 2012  @ 19.40 WIB
  • http://suar.okezone.com/read/2010/01/03/283/290424/mencari-andalan-pengganti-minyak-bumi diakses pada 16 Februari 2012 @ 19.47 WIB

No comments:

Post a Comment