4.11.12

[Kajian Post] Efisiensi Perbankan: Polemik yang Sistemik


Oleh: Rachel E. Hosanna | Staff Divisi Kajian Kanopi 2012 | Ilmu Ekonomi 2011


Tak ada yang tak bisa dilakukan oleh perbankan nasional-selama hal tersebut sejalan dengan tujuan dan konstitusi negara. Ada banyak hak istimewa yang dibuat dan disediakan oleh pemerintah bagi perbankan nasional agar pertumbuhan perbankan di Indonesia terus melesat cepat. Tak ada asa yang dilakukan tanpa makna. Tentu segala kebijakan dan perangkatnya mengenai sistem perbankan yang di atur di negara ini memiliki satu tujuan yang jelas untuk kedepannya. Akan tetapi, sudahkah kita menyadari hal-hal apa yang sudah menjadi prestasi perbankan nasional saat ini? Apa pula kekurangan mereka yang paling krusial bagi perekonomian bangsa? Alih-alih membicarakan banyak hal yang normative, subjektif, random dan absurd, marilah kita berteduh sejenak sembari menilik dengan teliti mengenai efisiensi perbankan: suatu polemik yang (ternyata) berakar sistemik.


Secara gamblang, bank-bank nasional RI dewasa ini dinilai tidak efisien. Mengapa? Menurut Gubernur Bank Indonesia, Darmin Nasution, tingginya suku bunga pinjaman (credit rate) sedikit banyaknya mencerminkan bahwa daya perbankan untuk menekan tingkat bunga kredit masih kecil. Bank belum efisien menggunakan sumber yang ada. Mentri Koordinator Perekonomian RI, Hatta Radjasa, menambahkan bahwa perbankan dinilai menikmati keuntungan yang terlalu besar dari spread yang tinggi antara sbdk dengan BI rate. Sebelum berjalan jauh mengenai isu inefisiensi ini, mari kita cermati kondisi bank-bank nasional yang ada. Berikut ini adalah data mengenai 10 national banks dengan suku bunga dasar kredit (sbdk) tertinggi.

Tabel 1 Data SBDK 10 Bank pada posisi akhir Juni 2012
(BI rate sebesar 5. 75%)

Nama Bank
Suku Bunga Dasar Kredit (%)
Kredit
Kredit
Kredit Konsumsi
Korporasi
Ritel
KPR
Non KPR
BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL
        17.25
        17.73

        18.19
PT.BPD SULAWESI SELATAN DAN BARAT
        12.70
        14.58
        11.66
        16.46
BANK MEGA
        11.25
        17.25
        12.50
        12.50
BPD  ACEH
        11.84
        11.84
        12.34
        12.34
BANK DANAMON INDONESIA
        10.80
        12.80
        12.00
        12.49
BANK BUKOPIN
        10.31
        12.75
        12.00
        12.25
BANK SUMSEL BABEL
        11.11
        12.18
        11.35
        11.40
RABOBANK
        10.75
        11.50
        11.50
        12.25
PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL
        11.87
        11.87
        10.24
        11.87
BANK MUTIARA
        11.00
        11.75
        11.00
        12.00
           *)Sumber: Publikasi Bank Indonesia

Sekilas tingginya spread antara sbdk dengan BI rate memang menjadi salah satu alasan rendahnya efisiensi perbankan. Akan tetapi bila ditelaah dengan lebih rinci ternyata spread bukanlah sumber utama inefisiensi perbankan, ada hal lain yang memegang peranan secara lebih langsung.

Tingkat kredit yang tinggi ini disinyalir oleh beberapa pihak termasuk BI sebagai efek dari tingginya suku bunga deposito (deposit rate). Akhir-akhir ini perbankan nasional tengah menghadapi trade off antara menghimpun dana dari masyarakat secara ‘kecil-kecilan’ atau menghimpun dana dari big player.

Kita mengetahui bahwa menghimpun dana dari big player lebih hemat waktu dan risiko dibanding menghimpun dana dari masyarakat biasa. Namun yang menjadi cost-nya adalah adanya bargaining power yang besar yang dimiliki oleh big player untuk menentukan deposit rate bank yang menghimpun dana mereka. Kewenangan inilah yang hingga saat ini menjadi problema mendasar perbankan karena mau tidak mau tingkat bunga kredit yang mereka tawarkan pun harus dinaikkan untuk mendapatkan net interest margin yang besar pula.
Tabel 2 Suku Bunga Deposito Acuan BI
pada posisi akhir Juni 2012
Jenis Bank
Termin Deposito (%)
1 bulan
3 bulan
6 bulan
Bank Persero
6.36
6.8
6.62
Bank Pembangunan Daerah
7.42
7.88
8.39
Bank Swasta Nasional
6.77
7.08
7.47
Bank Asing dan Campuran
5.19
6
6.63
Bank Umum
6.56
6.99
7.37
                                     *)Sumber: Publikasi Bank Indonesia

Dalam konteks penguatan persiapan daya saing menuju Asean Economic Community (AEC) pada tahun 2015 mendatang, pemerintah hingga saat ini masih mencari dan mencoba berbagai cara untuk meningkatkan efisiensi perbankan. Perlu diketahui, tingkat kredit bank-bank di Indonesia merupakan credit rate tertinggi di Asean. Terkait dengan hal tersebut, menurut Darmin Nasution bila dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand maka deposit rate perbankan nasional jauh lebih tinggi. Sebenarnya kondisi perekonomian negara kita mirip dengan Filipina, namun suku bunga negara tetangga itu tidak setinggi suku bunga Indonesia.

Mengandalkan pengetahuan yang masih ‘cetek’ ditambah niat tulus untuk membantu pemerintah mengatasi masalah ini, saya sudah memiliki beberapa solusi alternatif guna meningkatkan efisiensi perbankan kita. Pertama, sebaiknya perbankan menciptakan lebih banyak instrumen investasi (diferensiasi) sehingga pasar keuangan menjadi lebih kompetitif. Kedua, bank sentral Indonesia (BI) sebaiknya mendorong pengembangan instrumen jangka panjang dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi agar lebih menginsentif masyarakat untuk membelinya. Sebaiknya upaya BI untuk meningkatkan tata kelola yang baik melalui aturan kepemilikan saham (restrukturisasi perbankan) dan konsolidasi/merger bank tidak akan mendorong efisiensi perbankan. Tujuan restrukturisasi perbankan pada awalnya adalah untuk menekan cost of fund, menurunkan suku bunga kredit, dan penerapan single presence policy. Akan tetapi hingga kini proses restrukturisasi belum berjalan optimal sehingga hasil yang diharapkan belum terlihat. Sedangkan aturan merger bank yang berlaku hanya untuk beberapa bank diyakini hanya akan menciptakan status quo. Cara keempat cenderung normatif karena saya belum mampu menyertakan datanya, yaitu semestinya bank mampu lebih longgar lagi memberi kredit ke dunia usaha sehingga berapapun suku bunga kredit dinaikkan akan tetap diincar sektor korporat dan ritel (law of scarcity).

Ya, intinya sebagai warga negara sekaligus calon ekonom yang baik saya berharap (sambil terus berusaha-dalam daya dan lingkup terbatas) ke depannya perbankan nasional bisa mencapai efficient point yang diharapkan. Demi perekonomian Indonesia yang lebih baik! 

No comments:

Post a Comment