7.11.12

[Kajian Post] Gelembung Semu Perekonomian

Oleh: M. Emilio Valeri | Trainee Divisi Kajian Kanopi 2012 | Ilmu Ekonomi 2012


Banyak orang dalam dunia bisnis dan finansial mencoba untuk meraup keuntungan. Dalam perlombaan penggapaian keuntungan ini terdapat lah beberapa etika, namun dengan berjalannya waktu standar etika tersebut semakin diperkecil. Sistem perbankan yang telah bertransformasi pada tahun 1990-an mulai mengurangi standar etika yang berlaku.

Selama ini para bankir selalu dilihat sebagai orang- orang yang serius dan cermat, yang selalu mengawasi perusahaan yang diberinya pinjaman, terutama karena para bankir ingin piutangnya terbayar kembali. Skandal dan kredit macet adalah hal yang sangat mereka hindari.

Banyak hal berubah sejak tahun 90-an. Para bankir sekarang sudah memuji-muji saham yang kinerjanya buruk dan dengan beraninya memberi pinjaman tanpa memilih lebih cermat. Semua ini dikarenakan oleh penampilan sebuah obligasi yang terlihat lebih bagus, dapat membuat para bankir mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Para bankir tidak perlu lagi mencemaskan pinjaman yang harus ditagih di masa depan karena telah berpindah tangannya sebuah obligasi dari tangan para bankir. Ini semua dapat terjadi akibat adanya deregulasi UU Glass Steagall

Selama lebih dari setengah abad, bank komersial dipisahkan dari bank investasi. Perbankan komersial menyimpan deposito rumah tangga serta perusahaan dan memberikan kredit konvensional, sementara perbankan investasi membantu perusahaan menerbitkan saham dan obligasi baru. Dapat dikatakan, perusahaan yang sama tidak dapat meminjam uang sekaligus menjual sekuritas.

Regulasi UU Glass Steagall ini merupakan pemberlakuan pemerintahan Franklin Roosevelt untuk merespon gelembung kebangkrutan bank pasca depresiasi besar 1929. Tetapi gagasan ini mempunyai tujuan untuk menghancurkan monopoli-monopoli raksasa pada masa Teddy Roosevelt. Ketika perusahaan menjadi begitu besar, dan saling keterkaitannya begitu erat, muncul risiko merosotnya mutu pengambilan keputusan ekonominya. Karena berharap mereka dapat ditalangi bila ada masalah, para menejer dengan beraninya mengambil resiko yang biasanya justru mereka elakan. Karena ketika bank gagal, pembayar pajak lah yang kena getahnya melalui bail-out yang dibiayai negara.

Tetapi perbankan amerika menganggap regulasi ini menghalangi peluang mereka mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Sehingga akhirnya bank bersikeras agar UU Glass Steagall dicabut.

Berubahnya perekonomian telah mengubah peran bank, begitu pula peran perusahaan. Mereka yang mengelola perusahaan mempunyai tuntutan untuk memperdahului kepentingan para pemegang saham. Tetapi kenyataannya, mereka lebih sering mendahulukan kepentingannya sendiri. Hak opsi dan cara-cara lain hanya memperburuk masalah.

Karena para pemegang saham tak dapat mengetahui sepenuhnya apakah para manajer perusahaan berbuat hal yang benar, bank pun mengembangkan peran yang penting. Para manajer demi menjaga perkembangan melakukan pinjaman kepada para bank.

Dari waktu ke waktu para perusahaan membutuhkan lebih banyak dana dan mereka pun akan lari ke bank investasi untuk menerbitkan obligasi atau saham.

Gelembung pun terus dipompa. Pada saat keadaan terlihat mulai tak stabil, mereka pun harus menemukan cara lain untuk memperoleh dana. Mereka pun berpindah ke trik trik akuntansi. Studi kasus yang dapat diambil adalah melalui Worldcom. Kini ketika kondisi sudah mulai memanas, perhatiannya CEO perusahaan pun sudah tidak lagi untuk mendorong nilai saham perusahaan mereka sendiri, namun perhatiannya lebih tertuju untuk mencegah harga saham turun.

Ketika Worldcom bangkrut tanggal 21 juli 2002, semua pembukuan palsunya pun terbuka. Utangnya AS$32 miliar dan klaim asetnya AS$107 miliar. Tapi dari jumlah aset itu lebih dari AS$50 miliar tidak mencerminkan aset rill apapun. Dan terungkap adanya laporan pengeluaran tak jelas hampir AS$4miliar yang akhirnya melipat dua hingga AS$8 miliar. Dan ditambah dengan penggolongan pengeluaran biasa sebagai investasi, sehingga, dengan demikian, pengeluaran ini tidak harus dikurangi dari pendapatan. Ditambah dengan ini Worldcom mencatat, pendapatan piutang yang seharusnya tak pernah di dapat dari Cherry Communication sebesar AS$25 miliar. Kecurangan akuntansi pun memompa gelembung lebih jauh lagi.

Banyak hal berjalan ke salah arah pada tahun 90-an. Jejak jejak kecurangan pun dapat ditemukan di setiap kegiatan perbankan. Bank investasi semestinya menyediakan informasi yang mendorong perbaikan kualitas alokasi sumber daya. Namun terlalu sering mereka malah memperjualbelikan informasi yang tidak akurat.

Kecurangan Enron, WorldCom, Citigroup dan Merill Lynch mengalahkan sebagian besar aksi korupsi besar politik.

Konflik kepentingan takan pernah hilang, baik di sektor publik maupun swasta. Namun deregulasi tahun 90-an hanya mendorongnya lebih jauh. Namun apa yang dapat diperbuat untuk memperbaiki masalah semacam ini? Kita dapat bersikap lebih peka pada potensi timbulnya konflik kepentingan dan insentif menyimpang. Dengan menerapkan pula regulasi yang meningkatkan jumlah informasi yang tersedia bagi publik.

Dalam sejarah panjang perekonomian yang pernah terjadi, para pengamat ekonomi berharap agar negara negara dunia tidak terjerumus ke lubang yang sama, yang pernah dialami negara Amerika. Ekonomi dari dulu hingga sekarang adalah Social Science, dimana memang sudah seharusnya semua kegiatan ekonomi adalah kegiatan yang bersifat sosial dengan adanya ruang untuk keuntungan di segala pihak akibat dari kemampuan untuk memberi nilai tambah.

No comments:

Post a Comment