10.11.12

[Kajian Post] Pemilihan Presiden Amerika Serikat, Siapa yang Terbaik?

Jaysa Rafi Prana | Trainee Divisi Kajian Kanopi FEUI 2012 | Ilmu Ekonomi 2012


Pemilihan umum Presiden Amerika Serikat akan dilangsungkan pada hari Selasa, 6 November 2012. Ini merupakan salah satu hari terpenting pada tahun 2012 mengingat hari tersebut merupakan hari penentuan terpilihnya presiden dari sebuah Negara dengan perekonomian terbesar di dunia untu kempat tahun kedepan. Tidak bias dipungkiri lagi, segala kebijakan ekonomi yang diambil oleh Negara sebesar dan seberpengaruh Amerika Serikat akan banyak mempengaruhi perekonomian dunia. Itulah sebabnya saya sangat tertarik untuk membuat tulisan mengenai pemilihan Presiden Amerika Serikat dan berusaha untuk menggali lebih dalam lagi program kerja yang para kandidat tawarkan untuk empat tahun kedepan. Pertama - tama saya akan memaparkan kondisi perekonomian Amerika Serikat secara luas.

Seperti yang dilansir guardian.co.uk per tanggal 26 Oktober 2012, perekonomian AS berhasil berkembang sebesar 2% pada quarter ke-3 tahun 2012, meningkat dari pada quarter kedua yang berada pada tingkat 1.7%. Peningkatan perkembangan perekonomian ini, seperti yang dilansir oleh cnn.com, merupakan dampak dari peningkatan pengeluarkan konsumsi masyarakat yang meningkat sebesar 2% pada quarter ke-3 dibandingkan peningkatan 1.5% pada quarter ke-2 tahun 2012. Akan tetapi, ditengah peningkatan pengeluaran konsumsi masyarakat pada saat ini, iklim kepercayaan diri bisnis melemah ditandai dengan penurunan pengeluaran perusahaan untuk pembangunan sebesar 1,3% pada quarter ke-3 dibandingkan peningkatan yang terjadi sebesar 3,6% pada periode sebelumnya. Melemahnya kepercayaan diri para pelaku bisnis ini disebabkan oleh akan berakhirnya kebijakan “fiscal cliff”, yaitu kebijakan pada era pemerintahan Bush yang mencakup pemotongan pajak bagi perusahaan, pemotongan belanja negara, dan pemotongan pajak bagi gaji pegawai. Selain itu, tingkat pengangguran di AS pada saat ini juga berada pada tingkat terendah dalam tiga-setengah tahun terakhir pada tingkat 7,8%.

Perbedaan pandangan antara dua kandidat presiden pada bidang ekonomi merupakan perbedaan klasik yang terdapat pada kubu democrat dan republik. Demokrat, seperti yang kita ketahui, lebih memilih untuk memiliki pemerintah yang besar di mana pemerintah memegang kuasa pada sektor-sektor vital seperti asuransi kesehatan (medicare), pembangunan infrastruktur, dan pengenaan pajak lebih pada pengusaha dan kalangan menengah keatas. Di sisi lain, kubu republic memiliki keyakinan bahwa pemerintah haruslah memiliki andil yang minimal dalam perekonomian dan mempercayakan perekonomian pada sector swasta.

Presiden Obama, dalam kampanye presidennya kali ini, mengusulkan akan mengurangi pengeluaran untuk program kesehatan dan menghapuskan potongan pajak terhadap para kalangan kelas atas yang memiliki penghasilan lebih dari $250.000 setahun (CNN.COM) seusai berakhirnya “fiscal cliff” pada akhir tahun 2012 ini. Kebijakan – kebijakan ini diambil demi menanggulangi deficit sebesar $4 triliun dalam 10 tahun kedepan (guardian.co.uk). Di sisi lain, Mitt Romney memiliki rencana untuk mengurangi pajak kepada para pengusaha dan menghilangkan anggaran-anggaran pemerintah yang dinilai kurang penting dan mengurangi andil pemerintah dalam perekonomian AS. Selain itu, Mitt Romney mengusulkan rencana untuk mengingkatkan lagi anggaran belanja militer AS yang sempat dipotong pada masa kepemimpinan Obama untuk turut membiayai program Medicare.

Baik Obama maupun Romney memiliki kebijakannya masing-masing dalam memperbaiki perekonomian AS yang pada akhirnya juga akan turut memperbaiki kondisi perekonomian global pada saat ini. Namun, saya sebagai penulis memandang bahwa program-program yang ditawarkan oleh Barrack Obama lebih dapat diterima dan dicapai dalam satu periode kedepan. Dapat dilihat dari kinerja Barrack Obama selama empat tahun kebelakang berhasil membawa AS secara perlahan-lahan menuju keperekonomian yang membaik dari kebijakan-kebijakannya yang pro rakyat. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa bisnis besar juga memerlukan insentif-insentif seperti pemotongan pajak dan keleluasaan dalam berbisnis demi menghidupkan dan membantu sector swasta untuk tumbuh dan pada akhirnya akan mengembalikan perekonomian AS kepada kejayaan kembali. Oleh karena itu, perlu ditemukannya keseimbangan antara dua paham tersebut, dimana pemerintah dapat menciptakan kebijakan-kebijakan yang pro rakyat pada saat yang sama membentuk kebijakan yang probisnis.

No comments:

Post a Comment