6.11.12

[Kajian Post] Penurunan Ekspor komoditas dan perlunya efisiensi

                              Andi William | Trainee Divisi Kajian Kanopi 2012 | Ilmu Ekonomi 2012



Kelapa Sawit ialah salah satu komoditas unggulan terbesar di indonesia bersama karet dan batubara dimana di tahun 2011 menyumbang devisa 32,80 miliar dollar AS, atau lebih dari 16% dari total ekspor nasional. Jika kembali berbicara mengenai pertumbuhan indonesia, hal ini tentu memiliki peran yang strategis bagi indonesia. Disamping bisnis kelapa sawit, karet, dan batubara memberikan keuntungan yang besar bagi masyarakat indonesia, seperti memberikan lapangan pekerjaan bagi rakyat indonesia, terutama di daerah pedesaan yang mana sangat sulit untuk mencari lapangan pekerjaan sehingga menimbulkan urbanisasi besar-besaran di indonesia. Lalu, dengan bisnis yang menjamah daerah tingkat 2 sampai pedesaan ini berkembang, pencapaian untuk pembangunan indonesia secara menyeluruh pun dapat tercapai, tidak hanya diperkotaan, tetapi ke tempat yang tidak tersentuh sekalipun. 

Indonesia bersama malaysia ialah negara yang menguasai 90% pasar CPO dunia, malaysia menghasilkan 18,9 juta ton dan indonesia 22,5 juta ton. Namun dewasa ini, fenomena krisis eropa ternyata memiliki andil yang cukup tinggi untuk mempengaruhi tingkat ekspor 3 komoditas ini. Pasar eropa semakin melemah karena mengurangi penggunaan biodiesel. Turunnya permintaan akan CPO atau Crude palm oil, karet, dan batubara ditambah produksi yang melimpah karena sedang terjadi panen raya khususnya kelapa sawit, menyebabkan harga komoditas ini turun. Dan menyebabkan pendapatan perusahaan di indonesia menurun. Sehingga pajak yang diterima oleh pemerintah pun turun. dikarenakan pemerintah menerima pajak badan dari presentase pendapatan.

Penurunan ekspor ini ternyata di beberapa daerah sangat berpengaruh, Seperti yang terjadi di dalam kegiatan ekspor pelabuhan belawan kota medan melalui pemberitaan harian sumut pos bahwa Aktivitas ekspor minyak goreng yang dikapalkan melalui pelabuhan Belawan Internasional Container Terminal (BICT) terhitung sejak Januari-Juli 2012 mencapai 177.651 ton. Dengan rincian, bulan Januari 23.077 ton, Februari 21.056 ton, Maret 29.828 ton, April 25.518 ton, Mei 23.753 ton, Juni 25.342 ton, dan Juli 29.077 ton. Jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2011 lalu, ekspor minyak goreng yang dikapalkan sebanyak 238.915 ton atau mengalami penurunan sekitar 25,64 persen.

Hal ini tentu meresahkan para buruh di perusahaan perkebunan, pendapatan mereka semakin kecil dikarenakan ada beberapa perusahaan yang mengeluarkan kebijakan untuk tidak menambah kegiatan produksi dan bahkan mengurangi. Mereka menunggu hingga harga komoditas seperti kelapa sawit dan karet kembali naik lalu kembali menambah produksinya. Tentu untuk pekerja yang mendapatkan gaji tidak tetap akan merasakan kerugiaannya. Tetapi ada juga perusahaan yang tetap memproduksi seperti biasa, walaupun harga nya turun, mereka tetap menjual dengan kuantitas yang sama. Karena mereka menganggap bahwa jika produksi ditumpuk, maka akan membuat biaya yang lebih lagi. Seperti bagaimana untuk menggaji karyawan atau kegiatan produksi yang lainnya apabila tidak ada kegiatan menjual hasil produksi.

Disini kita harus dapat membedakan apa peran perusahaan, petani, dan buruh. Jika melihat dari sisi komoditas perkebunan. Kegiatan perusahaan ialah melakukan kegiatan produksi dan membutuhkan dana yang besar untuk menjalankannya, misalnya dalam hal operasional dan faktor produksi dan perusahaan-perusahaan yang besar ini melakukan “pelelangan” di pasar untuk mendapatkan costumer yang memberikan harga tertinggi. Lalu petani, dan dapat kita katakan pengusaha perkebunan. Ialah seseorang yang melakukan kegiatan produksi, distribusi, dan penjualan secara mandiri jadi mereka memiliki kebijakan sendiri untuk melakukan penyimpanan atau tidak, dan keebasan menjual ke pihak mana saja, karena mereka lah pedagangnya. Lalu yang terakhir ialah buruh. Dalam hal ini apabila pengusaha perorangan dan perusahaan melakukan pembatasan penjualan, maka merekalah yang paling dirugikan.

Ada berbagai cara mengatasi permasalahnan ini. Misalnya dari sisi perusahaan. Yang pertama ialah efisiensi dan efektifitas. Disinilah bagaimana penurunan pendapatan tidak merugikan perusahaan tersebut. Penghematan dan meningkatan produktifitas, peningkatan produktifitas disini ialah walaupun dijual dengan harga lebih rendah akan tetapi setiap karyawan dapat menghasilkan jumlah yang lebih banyak dengan upah yang sama, lalu lebih spesifik ialah mengurangi perjalanan dinas, mengurangi rapat yang tidak efisien, dan memaksimalkan kerja mesin. Di perusahaan perkebunan juga ada yang menetapkan kebijakan menjual di awal. Hal ini dipengaruhi karena keadaan ekonomi yang tidak menentu dan keberanian mengambil resiko. Jadi perusahaan tersebut menjual hasil produksinya diawal tanpa memperdulikan apakah harga tahun depan akan naik atau turun, disinilah intuisi sebagai pebisnis diperlukan. Namun disisi lain terdapat juga yang menentapkan kebijakan current price. Sesuai dengan harga yang terbaru. Lalu Dari sisi pemerintah. pemerintah perlu memaksimalkan berbagai sektor yang dimiliki indonesia, seperti pertanian dan perikanan. Lalu mencari pasar ekspor lainnya diluar negara-negara seperti AS, jepang, dan negara-negara eropa yang pertumbuhannya sedang lambat.





































No comments:

Post a Comment