26.4.12

[Kajian Post] How Climate Change Affect a Country’s GDP: Small Insight on Our Indonesia


Oleh: Rachmat Reksa Samudra | Staff Divisi Kajian Kanopi FEUI 2012 | Ilmu Ekonomi 2011


Climate Change (Perubahan Iklim) adalah kondisi di mana iklim bumi berubah secara signifikan yang menyebabkan distribusi cuaca di bumi berubah dalam kurun waktu dekade hingga jutaan tahun. Perubahan iklim bisa dipicu karena adanya perubahan kondisi rata-rata cuaca suatu tempat atau distribusi cuaca di sekitar kondisi rata-rata cuaca suatu tempat tersebut. Banyak faktor yang dapat memengaruhi perubahan iklim di bumi, yaitu oceanic processes (sirkulasi air laut), variasi radiasi sinar matahari yang diterima bumi, plate tectonics & volcanic eruptions, dan perbuatan manusia—yang akan membawa kita pada Global Warming.

Global Warming (Pemanasan Global) adalah suatu fenomena kenaikan temperatur rata-rata permukaan laut dan atmosfer bumi sejak akhir abad XIX dan terus berlanjut. Dewasa ini, (America’s Climate Choices, 2011) rata-rata temperatur permukaan bumi telah naik sejumlah 0.8°C dalam kurun waktu 100 tahun dan kenaikan 0.6°C dari 0.8°C merupakan hasil kenaikan rata-rata temperatur permukaan bumi selama 3 dekade terakhir. Global Warming disebabkan oleh adanya greenhouse gases yang dihasilkan oleh aktivitas umat manusia seperti penenbangan hutan (yang berujung pada hilangnya paru-paru dunia untuk menyerap greenhouse gases) dan yang paling signifikan akibat adanya pembakaran bahan bakar fosil. Greenhouse gases terdiri dari uap air, karbondioksida, nitrooksida, dan ozon. Bukti adanya peningkatan temperature rata-rata bumi adalah adanya peningkatan tinggi permukaan laut, melelehnya salju dan es di berbagai belahan dunia (terutama di kutub utara dan selatan serta gunung), dan peningkatan temperatur rata-rata udara dan air laut (Climate Change: A Summary of the Science, 2010).
***





Salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan masa kini adalah tentang mengurangi greenhouse gases, yang merupakan penyebab utama perubahan iklim. Perubahan iklim ternyata dapat mempengaruhi Gross Domestic Product (GDP) dari suatu negara. Setiap kenaikan derajat temperatur dapat menyebabkan pertumbuhan GDP suatu negara turun (postif tapi berkurang dari tahun sebelumnya), bahkan negatif.
Fig 1.1 Greenhouse Gases by Country year 2005 (source: Wikipedia)


Bagaimana Perubahan Iklim dapat Menyebabkan GDP Gain dan Loss?
Seperti yang kita ketahui, menurut penjabaran di atas, beberapa efek dari Global Warming adalah bertambah tingginya permukaan laut dan adanya anomali cuaca. Anomali cuaca yang dimaksud di sini adalah adanya perubahan pola cuaca yang biasanya dirasakan oleh suatu tempat. Anomali cuaca ini bisa berbentuk bertambah panjang atau pendek jangka waktu dari suatu musim yang biasa dialami di suatu tempat. Misal, bidang pertanian. Bidang pertanian dapat mengalami kerugian besar apabila ada anomali cuaca. Dulu, para petani masih bisa memprediksi kapan mereka akan memasuki musim tanam dan musim panen. Namun, karena cuaca yang tidak menentu, mereka sekarang kesulitan untuk meprediksi musim tersebut. Selain itu, produktivitas lahan pertanian juga menurun karena adanya anomali tersebut, sehingga secara tidak langsung perubahan iklim dapat mengurangi GDP suatu negara. Dampak di bidang pertanian ini dapat dirasakan di developing countries.

Selain bidang pertanian, pariwisata juga dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim. Pengaruh pengurangan GDP di bidang pariwisata dapat dirasakan oleh negara-negara yang berada di garis khatulistiwa. Negara-negara yang berada di khatulistiwa cenderung mempunyai iklim tropis, yang temperaturnya cukup panas. Dengan adanya Global Warming, temperatur rata-rata negara tersebut yang tadinya cukup panas menjadi lebih panas dari biasanya. Bila dikaitkan dengan wisatawan, biasanya wisatawan yang berasal dari belahan utara atau selatan bumi, cenderung untuk berwisata ke negara-negara yang memiliki iklim tropis karena temperaturnya cukup hangat. Namun, karena adanya kenaikan temperatur di negara iklim tropis, wisatawan cenderung untuk tidak lagi mengunjungi negara tersebut karena merasa kepanasan dan tidak lagi nyaman untuk mengunjungi negara tersebut. Lain halnya terjadi di negara-negara yang berada di utara atau selatan bumi. GDP mereka cenderung akan naik di bidang pariwisata. Ini terjadi karena temperatur di negara mereka bertambah hangat. Salju dan es pun lebih cepat mencair. Fenomena bertambah hangatnya negara mereka dapat mengakibatkan bertambahnya wisatawan yang berkunjung ke negara tersebut. Sehingga, pariwisata di negara tersebut berkembang dan penghasilan GDP bidang pariwisatan meningkat. Intinya, dalam bidang pariwisata, terjadi perpindahan peta wisatawan dunia, yang tadinya mereka cenderung untuk berkunjung ke negara iklim tropis berubah menjadi cenderung berkunjung ke negara beriklim subtropis—dingin.

Fig 1.2 Perkiraan  Direct Impact  GDP Gain dan Loss Sektor-sektor yang Terkena Pengaruh Perubahan Iklim di Beberapa Benua di Dunia di Tahun 2050
Hal lain yang dapat menghambat pertumbuhan GDP suatu negara adalah banjir. Perubahan iklim membuat cuaca suatu daerah tidak menentu. Daerah yang biasanya tidak pernah mengalami banjir, bisa terkena banjir karena adanya anomaly cuaca—ketika curah hujan di daerah tersebut berada di atas rata-rata. Banjir dapat memengaruhi GDP suatu negara ketika dengan adanya banjir tersebut, aktivitas ekonomi masyarakat terhambat bahkan lumpuh. Masyarakat tidak bisa melakukan proses produksi dan konsumsi, dan hanya bisa pasrah hingga banjir surut. Dengan lumpuhnya produktivitas masyarakat, maka barang dan jasa yang mereka hasilkan akan berkurang dari biasanya dan GDP suatu negara dapat berkurang—walaupun tidak terlalu signifikan.



Fig 1.2 Perkiraan  Direct Impact  GDP Gain dan Loss Sektor-sektor yang Terkena Pengaruh Perubahan Iklim di Beberapa Benua di Dunia di Tahun 2050
Memperkirakan Dampak Perubahan Iklim terhadap GDP Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara 6° LU--11° LS dan 95° BT--141° BT. Posisi astronomis Indonesia inilah yang menyebabkan Indonesia berada di kawasan khatulistiwa dan mempunyai iklim tropis. Seperti yang telah dijabarkan di atas, ada kecenderungan terjadi GDP loss untuk negara yang berada di kawasan khatulistiwa.

Terdapat dua bidang utama yang dapat dipengaruhi secara langsung oleh perubahan iklim, yaitu pertanian (pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan), pariwisata (perdagangan, hotel, dan restoran). Berikut adalah data kontribusi tiap lapangan usaha terhadap GDP Indonesia tahun 2009:
     (dalam milyar rupiah)
Lapangan Usaha
GDP Tahun 2009
Persentase (%)
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan
857.196,8
15,29
Pertambangan dan Penggalian
592.060,9
10,56
Industri Pengolahan
1.477.541,5
26,35
Listrik, Gas, Air Bersih
46.860,0
0,83
Konstruksi
555.192,5
9.9
Perdangangan, Hotel, Restoran
744.513,5
13,28
Pengangkutan & Komunikasi
353.739,7
6,31
Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan
405.162,0
7,23
Jasa-jasa
574.116,5
10,25
Total GDP Indonesia Tahun 2009
5.606.203,4
100
Sumber: Badan Pusat Statistik
Tabel 1.1 GDP Indonesia tahun 2009

Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mempunyai kontribusi terhadap GDP Indonesia tahun 2009 sebesar 15,29% dan perdagangan, hotelm dan restoran mempunyai kontribusi sebesar 13,28%. Bila dijumlah, kontribusi kedua lapangan usaha tersebut sebesar 28,57%. Dari data di atas dapat digambarkan bahwa kontribusi kedua bidang tersebut bisa dikategorikan menengah, karena menguasai seperempat dari total GDP Indonesia.

Selain dua bidang di atas, banjir—yang merupakan efek dari Global Warming—dapat menghambat aktivitas produksi dan distribusi masyarakat dapat terhambat. Apabila digambarkan oleh tabel di atas, industri pengolahan dan komunikasi & pengangkutan dapat terkena dampak dari banjir. Kedua lapangan usaha tersebut memberikan kontribusi sebesar 26,35% dan 6,31%. Apabila dijumlah, maka kontribusi mereka terhadap GDP Indonesia tahun 2009 sebesar 32,66%.

Bila kita lihat data di atas, mencerminkan bahwa sector-sektor yang terpengaruh oleh adanya perubahan iklim merupakan sector-sektor yang cukup krusial karena mempunyai sumbangsih yang cukup besar terhadap GDP Indonesia, sehingga apabila sector-sektor tersebut benar-benar terkena imbas dari perubahan iklim, maka GDP Indonesia akan mengalami loss secara agregat.

***

No comments:

Post a Comment