9.5.12

[Kajian Post] Korupsi, Pertumbuhan Ekonomi, dan Kemiskinan

Oleh: Wildan Noor Ramadhan | Staff Divisi Kajian Kanopi FEUI 2012 | Ilmu Ekonomi 2010


“Penyebab Negara Indonesia tidak maju-maju adalah karena banyak terjadi Korupsi”

Pernyataan diatas merupakan pernyataan informative yang sering didengar, dimanapun, kapanpun, tatkala dilakukan sebuah diskusi/seminar atau bahkan obrolan mengenai permasalahan utama Indonesia. Ya, memang tipikal sekali argumen itu dan mungkin Anda pernah berkata demikian juga. Jika ditelusuri lebih dalam, sebenarnya bias juga kemajuan yang dimaksud dalam bidang apa, dan jika digeneralisasi bisa menjadi tidak tepat. Lalu jika diasumsikan yang menjadi variabel kemajuan tersebut adalah pertumbuhan ekonomi, bagaimana kausalitas kedua hal tersebut?

Sedikit bercerita terlebih dahulu, fenomena korupsi tinggi merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh negara sedang berkembang. Lemahnya birokrasi dan penegakan hukum dituding sebagai penyebab utama korupsi di banyak Negara, termasuk Indonesia. Secara ekonomi, maraknya rent seeking dan korupsi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: adanya hambatan perdagangan internasional, pengawasan harga oleh pemerintah, diberlakukannya multiple exchange rate, dan rendahnya gaji pegawai negeri (Ginting, 1999). Sedang untuk dampak, korupsi mempunyai dampak yang sangat luas antara lain: terhadap pertumbuhan ekonomi, investasi domestik/asing, penerimaan pajak, dan miss alokasi anggaran pemerintah. Pada sisi yang lain pertumbuhan ekonomi diharapkan bisa mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan melalui mekanisme trickle down effect. Lemahnya modal kapital dan modal manusia yang disebabkan oleh kurangnya akses ke lembaga keuangan dituding sebagai penyebab utama kemiskinan di negara sedang berkembang (Waluyo,2004). Berangkat dari masalah tersebut akan ada tiga hal yang akan dianalisis ; Korupsi, Pertumbuhan ekonomi, Kemiskinan. Ketiga hal itu sangat berkaitan namun mengenai positif atau negatifnya hubungan diantaranya, itulah yang menjadi pertanyaan. 



Dengan menggunakan ampel sekitar 100 negara yang tersebar di lima benua, baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Penelitian (Waluyo, 2010) menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil estimasi menunjukan hasil hubungan antara korupsi dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa korupsi tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak berdampak terhadap korupsi. Hal ini menyebabkan kausalitas yang terjadi adalah satu arah. Hasil analisis menunjukkan bahwa negara-negara yang relatif kaya mempunyai tingkat korupsi lebih rendah, jika dibandingkan dengan negara-negara yang relatif lebih miskin. Jika dikaitkan dengan Indonesia sepertinya pernyataan tersebut benar adanya.

Menurut Waluyo, sedangkan hubungan antara kemiskinan dengan korupsi menunjukkan bahwa hubungan yang terjadi bersifat dua arah. Kemiskinan tidak berdampak terhadap korupsi tetapi korupsi berdampak pada kemiskinan. Hubungan antara korupsi, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa kombinasi korupsi dan kemiskinan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini membuat kita menjadi lebih jelas, bahwa erat kaitannya mengenai kemiskinan dan korupsi tapi tidak dengan pertumbuhan ekonomi, terkecuali jika kedua hal tersebut dikombinasikan.

Semoga hasil penelitian ini lebih mencerahkan kita mengenai betapa pentingnya menganalisis dan membaca sebelum berargumen, masih banyak hal yang kita belum tahu tapi kadang seolah paling tahu. Memang, kadang studi tentang korupsi dihadapkan kepada teori korupsi yang ambivalen serta determinan korupsi yang sangat complicated (Kuncoro, 2002). Hambatan dan atau kekurangan dalam penelitian ini adalah data yang tidak lengkap atau bahkan tak ada akses ke sumber-sumber data biasanya juga tidak mudah dilakukan. Metode wawancara langsung juga tidak menjamin data yang akurat, karena jarang sekali orang bersedia mengungkapkan preferensi utiliti-nya

No comments:

Post a Comment