1.5.12

[Kajian Post] Mengapa Kualitas Musik Indonesia Menurun Pada Dekade Terakhir

oleh Nathaniel Rayestu[1] | Kepala Divisi Kajian Kanopi FEUI 2012 | Ilmu Ekonomi 2009



Kira-kira sepuluh tahun yang lalu, ketika mayoritas dari kita masih berjuang di sekolah dasar, band-band Indonesia jauh lebih berkualitas dari saat ini.

Pernyataan di atas memang sangat subjektif, karena kualitas adalah hal yang relatif bagi setiap orang. Memang ada juga yang menganggap era musik ‘alay’ saat ini lebih berkualitas dari musik di masa sebelumnya, tapi untuk kemudahan hal ini saya kesampingkan terlebih dahulu.


Berikut adalah band-band yang populer di Indonesia sekitar 10-15 tahun yang lalu: Dewa, Sheila on 7, Padi, Jikustik, dan Gigi. Sementara band-band yang populer dalam beberapa tahun terakhir: ST 12, Wali, Kangen, dll. Dalam satu tahun terakhir bahkan blantika musik Indonesia lebih didominasi boyband dan girlband seperti: SM*SH, XO9, Cherrybelle, 7 Icon, dll. Mari kita samakan persepsi terlebih dahulu bahwa band-band 10-15 tahun terakhir lebih berkualitas dari band-band yang populer akhir-akhir ini.

Menurut saya, penurunan kualitas ini dapat dijelaskan dari sudut pandang ekonomi. Saya akan coba mengungkap alasan terjadinya penurunan kualitas dengan membedakannya menjadi faktor pendorong dan faktor penarik.

Yang saya maksud dengan faktor pendorong adalah berkurangnya permintaan akan musik Indonesia berkualitas. Penjelasannya kira-kira seperti ini. Permintaan akan musik Indonesia berkualitas lebih banyak dilakukan oleh warga menengah ke atas. Mereka ini yang 10-15 tahun yang lalu banyak membeli kaset dan CD musik di toko-toko seperti Disctara, Aquarius, Sangaji, dll. Dari sinilah pendapatan utama pemusik dan record label. Belakangan ini seiring dengan perkembangan teknologi, pengunduhan musik dari internet menjadi hal yang sangat mudah dilakukan, apalagi oleh kelas menengah ke atas. Akibatnya, memasarkan musik berkualitas ke orang-orang menengah ke atas tidak lagi menguntungkan, karena tidak akan ada yang bisa bersaing melawan musik gratis yang tersedia dengan mudahnya di dunia maya.

Sementara itu, faktor penarik adalah meningkatnya permintaan akan musik yang kurang berkualitas. Ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah kelas menengah di Indonesia; peningkatan pendapatan nasional berakibat pada berpindah kelasnya banyak orang dari kelas miskin ke kelas menengah. Ini membuka pasar baru yang sangat menguntungkan bagi industri musik: pasar Ring Back Tone (RBT). Selain itu, acara-acara promosi bagi musik kurang berkualitas di televisi seperti Dahsyat, DeRings, dan Inbox juga menjadi menguntungkan karena masyarakat kelas menengah baru yang kini memiliki pesawat televisi di rumah mereka.

Kedua faktor ini berimplikasi bahwa akhir-akhir ini jauh lebih menguntungkan untuk memproduksi musik yang kurang berkualitas dibanding yang lebih berkualitas. Maka dari itu, tidaklah mengherankan jika saat ini kita dibanjiri musik-musik yang cenderung alay.


[1] Penulis adalah pemerhati perkembangan musik Indonesia yang kebetulan berkuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia angkatan 2009

5 comments:

  1. Anonymous1/5/12 22:38

    luar biasa sekali kak ray yang ternyata pemerhati perkembangan musik Indonesia...

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah yah mas anonim

    ReplyDelete
  3. emang bener, musik jaman dulu tuh bagus2. biarun wkt itu sy masi umur 5 tahun tp sya tau lagu2 itu emang bagus, bahkan tayangan di tv juga bagus2.

    kl menurut sya mungkin gairah bermusik pada turun kali ya, secara skr album bru keluar 1 minggu udah di donlod. bahkan belum dirilis juga udah bisa i donlod. mungkin itu salah satu faktor penyebabnya mungkin.
    faktor di post atas juga benar.

    ReplyDelete
  4. iya juga sih,..tpi msih ada kok, musik sekarang yg berkualitas, kaya adera, krispatih,st12, noah dll..sayangnya karna acara2 musik murahanterkutuk ini yg mnyebabkan karya musisi menjadi terkesan murahan,..
    dan juga dengan mudahnya orang2 bisa mndownload lagu diinternet,nonton video youtube,.jadi musimman lah,..
    benar kata psikologi,.''apa yang sudah biasa dan sering itu membosankan,..''

    coba kita bayangkan lagu berkualitas misalnya,..dewa 19.dua sejoli
    baru tercipta sekarang,,.
    lalu dewa ini malang melintang mondar mandir dari acara dasyat ke inbox , 100%ampuh,derings dasyat lagi,inbox, hizteria,.yang tiap hari tayang,..dan juga kita bisa dengan mudahnya dowload lagunya diinternet dan memasukkannya kedalam hp, yang setiap saat kita bisa denger,..
    lalu apa yg akan terjadi dengan lagu dewa yg sangat berkualitas itu,..

    pasti jadi MUSIMMAN kan...

    itu juga yang terjadi dengan musisi yg berkualitas ditahun ini,..
    lagu noah separuh aku sdikit lagi akan mnjadi basi,..

    ReplyDelete
  5. iya setuju bgt laah musik indonesia sudah menurun drastis...
    rakyat miskin banyak---->ALAY banyak---->band alay merajalela--->kualitas musik turun
    vokalis band2 skrg pada gemuk2, buncit, item2, dan rambut alay...
    personil band lainnya (selain vokalis) pada monoton gayannya, kurang sangar dan gk kreatif..
    trus lagu2 sekarang liriknya terlalu banyak ttg cinta gak jelas dan bahasa nya terlalu simple, kurang kata2 sastra puitis, majas hiperbola, dll.. seperti lagu2 dulu bahasa liriknya sungguh indah2 dan puitis...
    lalu lagu2 skrg bnyk yg gk pake lagi backing vokal, justru backing vokal bisa membuat sebuah lagu jadi merinding dan tambah indah didengar..begitupun aransemen musiknya kurang dipoles berkali2 sampai pas matang enak didengar..
    Trus sebaiknya acara2 musik tuh kyk dulu, gk perlu pake live, pnonton & host alay2 dan koplak, cukup pake suara narrator kyk acara musik dulu...
    liat tuh MTV di indonesia skrg udh ilang...padahal di negara2 lain kyk di korea MTV msh ada...bahkan digabung dgn channel disana kyk MTVSBS Dll...
    Haaah capek gw ama musik indonesia skrg yg gk jelas mau dibawa kemana...

    ReplyDelete